kondangan jadi reunian

Seminggu yang lalu, tepatnya Jumat, 4 April 2008 saya berkesempatan untuk pulang ke Solo ***Gemolong lebih tepatnya karena kebetulan libur 3 hari. Ada berbagai macam janji dan acara yang mengharuskan saya 3 hari berada di kampung halaman. Salah satunya adalah menghadiri pernikahan sahabat saya semasa SMP dulu, Himawati Rahmasari. Sejak dua bulan lalu saya sudah diberi undangannya, dan Sari (red -panggilan Himawati) pun meminta saya untuk datang. Dan saya pun sudah mempersiapkan diri untuk datang ke pernikahannya, sekalian bisa reunian dengan sahabat-sahabat saya semasa di SMP N 4 Surakarta dulu. Kalau dihitung, hanya beberapa orang saja yang masih rutin berkomunikasi dan kebanyakan selepas lulus dari SMP dulu hampir tidak pernah bertemu lagi. Dan itu artinya sudah hampir 9 tahun saya tidak bertemu dengan mereka. What a long time…

Saya berangkat dari Jakarta jam 8 pagi dengan kereta Argo Dwipangga, dan hampir saja ketinggalan kerete karna terjebak kemacetan ganas di seputaran Mampang dan Kuningan. Alhamdulillah, kereta sampai di Stasiun Balapan tepat waktu, jadi saya masih sempat pulang ke rumah untuk mandi dan ganti baju.

Setelah maghrib saya baru berangkat ke tempat walimahan yang diadakan di Gedung Sriwajaya sebelah barat Monumen Pers. Ketika sampai di lokasi, ternyata tamu undangan sudah banyak yang datang dan tempat yang mulai penuh. “Duh, sempet ketemuan ama temen-temen ga ya?”, pikir saya.

Setelah mengisi buku tamu dan mengambil souvenir, saya berjalan bagai orang yang kehilangan arah tujuan. Namun baru beberapa langkah berjalan, terdengar panggilan dari segerombol manusia. Dan setelah saya amati, ternyata saya melihat wajah-wajah yang begitu familiar dalam kehidupan saya. Yupppppeee, saya gembira ternyata menemukan sekelompok sahabat-sahabat saya yang duduk bergerombol. Untungnya di dekat mereka masih ada tempat duduk yang kosong, jadi saya langsung bisa bergabung dengan mereka.

Di situ saya bertemu Bagus Wahyu yang sekarang jadi Accountant, Arix yang ternyata masih kurus, dan Astri yang datang bareng calon suaminya. Setelah berbasa-basi nanya kabar, akhirnya saya pun mengambil tempat duduk di dekat mereka. Saat itu acaranya berisi sambutan-sambutan yang diucapkan menggunakan bahasa jawa krama inggil, yang meskipun saya mengerti maksudnya namun ada beberapa kata yang mulai tidak familiar sehingga seakan-akan terdengar seperti dalang yang sedang memainkan wayang. Akhirnya malah jadi ngobrol ngalor ngidul dengan sahabat-sahabat saya tersebut dan jadi ajang tukar nomer hape.

Acara ngobrol pun berakhir ketika acara makan telah dimulai, karna bisa dipastikan kalau acara pernikahan sudah masuk pada sesi makan, pasti setiap orang akan khusyu memperhatikan makanannya. Dan inilah yang menarik dan sedikit berbeda dengan pesta pernikahan yang ada di Jawa Barat dan Jakarta. Kalau di daerah Jawa Barat dan Jakarta, biasanya makanan disajikan prasmanan dan tamu undangan yang datang bebas memilih apa saja yang akan dimakan selama stok masih ada. Dan kondisi tersebut sangatlah merugikan pihak penyelenggara jika yang datang adalah predator-predator makanan seperti sahabat saya yang itu ***piss De. Tentunya juga merugikan bagi tamu yang datangnya belakangan, karna bisa dipastikan menu favorit seperti kambing guling, siomay, dan es krim akan habis dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Biasanya juga model pesta pernikahan di Jawa Barat dan Jakarta adalah standing party, kalaupun ada tempat duduk, bisa dipastikan tidak akan sebanding dengan jumlah tamu yang ada.

Sedangkan pesta pernikahan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur umumnya didesain dengan tempat duduk. Para tamu datang pada waktu yang hampir serempak. Lalu acara dibuka dengan alunan gamelan sebagai ciri khas masyarakat Jawa, lalu dilanjutkan dengan sambutan dan penerimaan pengantin pria. Baru kemudian dilanjutkan dengan acara makan. Ketika pada sesi makan pun, para tamu tidak perlu berdiri untuk mengambil makanan, tapi cukup dengan duduk manis di tempat duduk masing-masing, dan makanan pun akan datang diantar para laden. Cukup enak bukan ?? Dan makanan yang disajikan pun punya urutan dan pola yang sama. Biasanya ketika para tamu datang, di meja sudah tersedia minuman teh manis hangat. Urutan makanan yang pertama adalah snack yang terdiri dari tiga sampai 5 jenis cemilan. Dan yang paling saya suka adalah sosis isi daging ****Nyummm-nyummm. Lalu dilanjutkan dengan menu sop hangat yang akan membuat tamu berkeringat. Setelah sop dilanjutkan dengan keluarnya makanan utama yang berisi nasi, daging kambing, sambel goreng ati, cap cay, dan krupuk. Dan sesi makan pun ditutup dengan hadirnya es krim atau es buah.

Setelah sesi makan selesai, acara walimahan sahabat saya pun bisa dibilang selesai. Para tamu satu persatu mulai beranjak dari tempat duduknya untuk kembali ke rumah masing-masing. Namun saya dan sahabat-sahabat saya sepakat untuk tetap berdiam diri, karna ternyata di sudut gedung yang lain ada beberapa orang sahabat saya juga. Dan toh belum tentu setahun sekali bisa ketemu, masak baru bertemu sebentar langsung kabur. Akhirnya setelah ruangan sedikit mulai sepi, terjadilah reunian mendadak kelas 3E SMP N 4 Surakarta angkatan 99. Selain beberapa sahabat yang saya temui pertama tadi, saya juga bertemu dengan Andhy Rinanto yang sekarang sudah jadi dosen di ATMI, lalu Ratna Puspitasari, Rahmani Mutiah, Sukma Aminda yang sekarang ngajar di Al Azhar, trus ada juga Rini Maulani yang datang bareng kembarannya Rina Maulani. Akhirnya reunian tersebut ditutup dengan foto bareng pengantin. 

Sari's Wedding

Saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk berjumpa dengan sahabat-sahabat tersebut yang membuat kehidupan semakin berarti. Mereka semua sudah menjadi bagian dalam hidup saya ketika 3 tahun menjalani kehidupan di SMP dulu. Sebenernya masih ada janjian buat ketemuan lagi di walimahan Noviana Indah tanggal 13 April 2008 kemaren, namun saya tidak bisa hadir di sana.

Selain untuk menghadiri walimahan sahabat saya tersebut, yang paling utama adalah mengunjungi orang tua dan sanak saudara setelah 3 bulan ke belakang tidak pernah bersua. Alhamdulillah, masih diberi kesempatan untuk bertemu beliau berdua dan mencium kedua tangannya. Selain itu juga mengambil laptop yang baru dibeli dengan keringat sendiri ***nanti akan saya bahas di postingan terpisah. Kemudian juga ada gathering bareng SuperBabih and The Gank yang sudah jadi agenda wajib kalau saya pulang kampung.

Kalau mau dihitung, sebenarnya waktu tiga hari tidak akan cukup untuk pulang kampung. Dalam tiga hari kemaren pun saya tidak sempat merasakan nikmatnya nasi liwet dan gudeg ceker proliman yang tersohor itu. Dan juga saya tidak sempat jalan-jalan muterin kota Jogja yang menyenangkan itu. Lain kali kayaknya harus mengalokasikan waktu lebih lama lagi jika pulang kampung.

Semoga masih diberi kesempatan.


One thought on “kondangan jadi reunian

  1. Ampyuuun guuunn…..kamu alih propesi aja jadi redaktur harian umun.puanjangna bikin cerita…
    kamu salh jurusan gun. eh, mas wawan ding…hehe….
    klo ke solo kabari ya gun…
    awas kalo ga!!!

Leave a comment